PERJALANAN PANJANG DARI SULAWESI SELATAN KE RIAU DAN PERHENTIAN KETANAH MELAYU
Buku ini sarat dengan kisah para leluhur Bugis melakukan migrasi didalam perjalanan yang panjang dari tanah leluhur Sulawesi Selatan ke Riau dan perhentian ke tanah Melayu.
Ditulis olih anak cucu Al Marhum Raja Ali Haji (Pujangga Riau) , merupakan generasi yang ke 6 . Ia menulis kerana itulah kisah keturunan nya untuk ditela'ah olih anak anak cucu ternak Bugis, lalu dilestarikan pada 04 Mac 2016 olih timbalan Perdana Menteri Malaysia di kampung Sungai Rambai Melaka, dengan demikian ia mendapat tempat yang sungguh layak didunia keilmuan dan sebagai pelengkap di perpustakaan sekolah.
Pada masa ia menulis itu , bererti ia meluangkan waktu yang khusus serta menggunakan alat alat yang sungguh daif , pena nya dari resam yang diraut manakala tinta nya dari cecair sotong dan pati buah senduduk masak. Hasil dari yang lebih jauh berkelana ia diseluruh pelusuk nusantara dengan bermodalkan keringat dan kudrat bagi mencungkil asal usul keturunan maka pada hari ini ia dirakam kan berbentuk buku.
Maka mudiklah ia kehulu sungai sejarah, menggunakan perahu jalur yang usang , kisah awal dirungkai bertempat di Pallopo dimana terletaknya negeri Luwu Purba di Sulawesi Selatan. Atau kalau lebih jauh lagi ia kehulu, tentulah akan diketemukan sempadan daerah yang penuh misteri , dibimbangi akan hanya layak untuk jenis cerita penglipur lara dan angan angan.
Berlakukan perjalanan panjang , mengharungi ombak dan badai dilaut luas umpama kelopak jantung pisang hanyut dan hanyut tanpa arah tujuan nya, namun dikuatkan juga arah kebarat berpedomankan firasat mimpi ia itu negeri yang " Riuh " ( Riau) dan akhir nya ke tanah Melayu.
Salasilah dan susur galur nya meluas , bertambah rimbun saperti hal nya saperti pepohon subur yang punya dahan , cabang, dan juga ranting ranting yang terus merecupkan tunas serta dedaun . Patah tumbuh hilang berganti . Tinta api nya melakar pada lima saudara kandung anak seorang bangsawan Bugis , pernah berkhidmat terus dibawah Yang Di Pertuan Muda Riau -Lingga, Johor dan Pahang sebagai perajurit agung , lincah bermain halameng dengan kilung musung nya. Terlibat dengan perang Riau 1783 berlarutan pula bahang nya di Telok Ketapang tahun 1784. Kemelut berlaku di kerajaan Riau-Lingga , mengubah lanskap kehidupan akibat campur tangan kompeni Belanda , apabila kemangkatan nenda Raja Haji Fisabillillah.
Lahir bin Daeng Jannung , Tahir bin Daeng Jannung, Bahir bin daeng Jannung, Panglima Rusol bin daeng Jannung, dan Daeng Kepau bin Daeng Jannung melakukan " Maleke' Dapureng " membuka penempatan di tanah Melayu. Bagi mengetahui nya lebih lanjut didalam buku ini semua nya dirinci.
0 comments:
Post a Comment